Awalnya, pengalaman di OKP terasa menyenangkan. Namun, setelah beberapa bulan, suasana mulai berubah. Oknum senior dalam organisasi mulai menerapkan sistem yang menekan junior dengan dalih “Anggota harus patuh terhadap pimpinan.” Salah satu praktik yang paling mengganggu adalah ajakan untuk berkumpul pada malam hari dengan alasan pengkaderan.
Suatu malam, aku mendapatkan ajakan dari seorang senior untuk ikut dalam sebuah kegiatan. Namun, ajakan itu ternyata bermuatan negatif. Dengan berbagai dalih dan ancaman, aku ditekan untuk menuruti permintaan mereka. Usia mudaku yang masih labil membuatku sulit berpikir logis saat itu. Dengan bujuk rayu, aku terjebak dalam situasi yang seharusnya tidak terjadi, yang akhirnya menghancurkan kepercayaanku terhadap organisasi tersebut.
Pembelajaran dari Kisah Ini
Kisah ini menjadi cerminan bahwa tidak semua OKP berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang diembannya. Seharusnya, organisasi kepemudaan menjadi laboratorium ilmu, bukan alat eksploitasi bagi oknum-oknum yang menyalahgunakan kekuasaan.
Kesimpulan
Penting bagi setiap individu untuk menjaga privasi dan batasan diri dalam situasi apa pun, termasuk dalam OKP. Jika suatu organisasi mulai menyimpang dari nilai-nilai yang dijunjungnya, keberanian untuk melawan menjadi hal yang krusial.
Tentunya, tidak semua OKP memiliki sistem yang buruk seperti dalam cerita di atas. Masalahnya bukan pada organisasinya, tetapi pada oknum yang menyalahgunakan kedudukannya. Oleh karena itu, sebelum bergabung dalam sebuah organisasi, pastikan untuk memahami nilai, aturan, dan etika yang diterapkan agar pengalaman berorganisasi menjadi sesuatu yang bermanfaat dan membangun.