(RI) ~ Setiap proses yang di iringi dengan rintihan dan jeritan sudah jelas menjadi acuan dalam bertaruh antara kepala disertakan mahkota atau dipenggal layaknya domba beranak satu. Selayaknya manusia bersikap tenang dalam menerima ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian alam bawah sadar mahluk dan sang khalik.
Semua Mahluk didesain dengan canggih untuk selalu menerima ketetapan baik maupun buruknya peristiwa, seperti runtuhnya Andalusia dan Konstantinopel. Andalusia dan Konstantinopel tidak bisa takluk tanpa adanya tunggangan yang mengantarkan prajurit nan gagah diatasnya.
Sudah jelas dari historis ini sebuah Bahtera Megah yang di tunggangi hanya oleh kapten bijaksanalah yang mampu meluluh lantahkan segala terjangan ombak pasang. Lantas bagaimana membangun sebuah Bahtera Megah itu ? Mampukah tanpa pendamping dari setiap pembuatan kerangkanya ?
Sedikit mengutip dari perkataan sang legenda cinta yang berasal dari timur tengah yaitu Maulana Jalaluddin Rumi (MJR) yang pernah mengatakan “Jangan pernah paksa siapapun untuk memeluk jiwamu, sebab cinta sama halnya agama tidak ada paksaan didalamnya”.ujarnya.
Tamparan keras di relung jiwa dari seorang filsuf tua, yang mengarah pada satu makna bahwa “tugas manusia hanya fokus terhadap konstruksi pembangunan kapal megah saja, prihal disertakannya pendamping atau tidak itu kehendaknya”. Tentu tidak selayaknya kita memaksa seseorang untuk terus ada di pelukan kita.