Sebuah Kritik Terbuka untuk PKC PMII Bali-Nusra
PMII adalah organisasi kader, bukan biro jasa diskusi. Namun belakangan ini, PKC PMII Bali-Nusra seolah kehilangan arah. Arah gerakan tak jelas, pelantikan pun entah ke mana. Padahal, Konkorcab telah rampung sejak Februari lalu—tanpa drama, tanpa kegaduhan, bahkan nyaris sunyi senyap. Justru itu yang membingungkan: selesai tanpa konflik, namun pelantikan tak kunjung tiba.
Ada Apa dengan Pelantikan?
Waktu terus berjalan. Tapi PKC seolah jalan di tempat. Banyak yang bertanya-tanya: Apakah PKC masih sibuk bagi-bagi kursi? Atau sedang menyusun kabinet ala perdana menteri—menakar mana kursi yang basah dan mana yang tidak?
Pertanyaan itu wajar muncul, karena sampai detik ini belum ada tanda-tanda pelantikan akan digelar. Padahal, hasil Muspimnas secara tegas menyebutkan bahwa SK kepengurusan wajib diajukan paling lambat dua bulan setelah Konkorcab. Tapi nyatanya, aturan itu hanya seperti formalitas—tertulis rapi, tapi tak dipatuhi.
Kader Pilihan Langit, Kini Hanya Bayangan
Ketua PKC terpilih—yang dulu dielu-elukan sebagai “kader pilihan langit”—kini lebih menyerupai bayangan. Ada tapi tak terasa. Hadir tapi tak menyentuh. Selain beberapa forum dengan stakeholder strategis, tak ada agenda yang benar-benar menyentuh akar rumput. Tak ada konsolidasi. Tak ada evaluasi kaderisasi. Tak ada ajakan untuk duduk bersama dan bertanya: “PMII mau dibawa ke mana?”
PMII Bukan Tukang Kumpul Undangan
PMII adalah rumah kaderisasi. Tapi yang terjadi hari ini, PKC lebih sibuk menjadi tuan rumah acara yang penuh dengan undangan tokoh elite. Diplomasi strategis memang penting, tapi kalau itu saja yang dibanggakan, maka PMII tinggal selangkah lagi jadi klub diskusi eksklusif. Elitis. Jauh dari denyut kaderisasi sejati.
Kaderisasi? Mandek.
Gerakan Intelektual? Tertidur.
Evaluasi Cabang? Absen Total.
Lalu, untuk apa menggelar acara besar-besaran jika internal belum tertata? Apa gunanya undangan megah, jika kader sendiri tak merasa dihargai? Jangan sampai kader di bawah hanya jadi pelengkap dokumentasi—figuran yang hadir bukan karena panggilan gerakan, tapi karena kewajiban.
Jangan Salahkan Jika Muncul Dugaan
Jika muncul dugaan bahwa sejumlah acara PKC PMII Bali-Nusra adalah “acara titipan”, tudingan itu tidak sepenuhnya salah. Karena pola dan narasinya terlalu elitis, terlalu eksklusif, dan terlalu jauh dari denyut kaderisasi yang sesungguhnya. Bagus? Ya. Tapi bukan prioritas. Layak? Ya. Tapi tidak mendesak.
Yang Mendesak Hari Ini
- Mendesak: Pelantikan
- Penting: Perbaikan pola kaderisasi
- Urgen: Menyalakan kembali api gerakan
Jangan tunggu sampai kader di bawah mulai berkata:
“Terima kasih atas undangannya. Tapi saya tidak ingin datang meramaikan acara yang saya duga hanya sekadar titipan.”
Karena PMII bukan tempat menitip kepentingan. PMII bukan panggung dokumentasi. PMII adalah rumah besar perjuangan intelektual. Dan rumah itu, hari ini, masih menunggu untuk dipimpin—bukan untuk dipajang.