(RI) ~ Aristoteles adalah seorang filsuf asal Athena, Yunani (384 SM – 322 SM) yang memiliki pengaruh luar biasa dalam ilmu filsafat hingga saat ini. Pemikirannya banyak dijadikan referensi dalam teori Barat, termasuk dalam seni komunikasi. Memahami filsafat memerlukan ketajaman intelektual yang tinggi, sehingga tidak semua orang mampu memahaminya dengan mudah.
Retorika dan Dialektika
Retorika erat kaitannya dengan dialektika, yaitu seni membangun dialog yang menarik dan dinamis. Retorika dapat menjadi alat yang sangat kuat dalam mempertahankan, menyerang, atau bahkan mematahkan argumen lawan bicara. Oleh karena itu, penggunaan retorika harus dilakukan secara bijak.
Mengapa Retorika Penting ?
Retorika menjadi keterampilan esensial dalam berbicara di depan umum. Coba bayangkan seorang dosen yang menggunakan retorika dengan baik—intonasi jelas, ritme yang menarik, serta bahasa tubuh yang sesuai. Mahasiswa pasti lebih tertarik dan memahami materi dengan lebih baik dibandingkan dengan dosen yang monoton dan membosankan.
Tiga Pilar Retorika
1. Berbicara yang Logis
Logika adalah fondasi utama dalam seni berbicara. Tanpa logika, komunikasi akan kehilangan arah dan sulit dipahami. Percakapan yang tidak masuk akal dapat menghancurkan hubungan komunikasi.
Contoh: Seorang pria bernama Achmad mencoba mendekati seorang wanita melalui WhatsApp, tetapi justru diabaikan karena menggunakan kata-kata tidak logis seperti, “Ipeh, kamu tahu tidak kenapa malam ini terang banget? Karena bulannya ada dua, satu di langit dan satu lagi kamu.”