Pola Pikir yang Salah
Banyak orang menyikapi dominasi produk asing dengan berkata, “semuanya sudah takdirnya, sudah ketetapannya, sudah nasibnya.” Padahal, pernyataan seperti ini justru mengabaikan analisis ilmiah untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Karl Marx dan Dogmatisme
Karl Marx pernah berkata, “Agama adalah candu masyarakat.” Dogmatisme bisa menciptakan ilusi ketenangan hati, tetapi di sisi lain juga dapat membuat masyarakat pasif dalam menghadapi realitas yang terjadi.
MADILOG: Alternatif dari Logika Mistika
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berpindah dari Logika Mistika ke pemikiran MADILOG (Materialisme, Dialektika, dan Logika), yang terdiri dari:
- Materialisme: Pola pikir rasional yang tidak langsung mengaitkan segala sesuatu dengan yang gaib. Mengutamakan jawaban empiris berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Dialektika: Sebuah proses argumentasi yang terus dipertentangkan dan diolah hingga menghasilkan pembaruan (Tesis >< Antitesis = Sintesis).
- Logika: Bukti nyata dari materialisme yang dapat diamati secara kasat mata.
Mengapa MADILOG Lebih Relevan?
Menggunakan pemikiran MADILOG lebih konkret dalam menghadapi tantangan zaman. Contohnya, dalam persaingan produk skincare, kita memiliki dua pilihan:
- Logika Mistika: Pergi ke dukun atau praktisi supranatural untuk menyerang pemilik produk asing secara metafisika.
- MADILOG: Membuat produk lokal yang lebih berkualitas, dengan formulasi yang kompleks, harga yang bersaing, kemasan menarik, dan strategi pemasaran yang kuat.
Mana yang lebih nyata dan berpotensi berhasil? Tentu saja pendekatan kedua.
Kesimpulan
Kepercayaan terhadap hal gaib memang ada, tetapi tidak selalu relevan dalam menjawab tantangan zaman. Kita perlu pemikiran yang lebih analitis dan berbasis ilmiah untuk menghadapi perubahan global.
Rekomendasi Buku Bacaan Best Seller

