(RI) ~ Wiji Thukul Masih Hidup dalam Kata Perlawanan, selogan yang tepa untuk terus mengobarkan api semangat perjuangan bagi para aktivisme dalam kepeduliannya memperjuangkan Social Change hingga mencapai Social Justice yang ideal.
Sejarah Singkat
Secara Faktual tragedi 1998, banyak perlawanan yang dilakukan oleh para Mahasiswa dan Pemuda dalam memberantas kediktatoran para penguasa.
Namun naasnya banyak dari mereka yang hilang tanpa jejak hingga saat ini tidak ada tindak lanjutnya, seperti salahsatunya Wiji Widodo yang kerap di panggil Wiji Thukul.
Dikutip dari wikipedia Wiji lahir pada 26 Agustus 1963, Jawa Tengah. Sejak tahun 1989 ia menikah dengan seorang buruh yang bernama Siti Dyah Sujirah yang biasa dipanggil Sipon. Selama menikah wiji mempunyai dua orang anak yang diberi nama Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah.
Perlawanan Wiji Thukul
Ya, aktivis yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) ini sering melakukan perlawanan terhadap penguasa melalui puisinya yang begitu amat dalam sehingga membuat ketar-ketir. Tidak disangka seseorang yang bahkan tidak tamat SLTA juga mampu mengguncang rezim orde baru.
Dikutip dari Gramedia Pemuda aktivis ini juga pernah melakukan perlawanan kepada PT Sritex dengan cara mengakomodir masa karena perusahaan tidak menjalankan kewajibannya kepada para proletar. Thukul, selaku Ketua Umum Jaringan Kesenian Rakyat (Jaker) yang dekat juga dengan Partai Rakyat Demokratik, lalu menggerakkan para pekerja untuk melakukan aksi dalam menyuarakan aspirasinya.